Tidak seperti perekrut pekerja lainnya, Ahmad Emran, pengusaha di bidang periklanan negeri Jiran, Malaysia hanya tertarik pada tunawisma.
Bersama rekannya Norhayati Ismail, mereka melakukan perekrutan kerja dengan melakukan wawancara dengan para tunawisma.
"Melakukan proyek sosial adalah hal yang aku suka. Itu seperti membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik," kata Ahmad dikutip Dream.co.id dari laman Malay Mail Online, Minggu 15 Februari 2015.
Ide untuk melakukan wawancara dan merekrut tunawisma datang saat ia dan Norhayati menjadi relawan di dapur umum untuk tunawisma.
"Orang-orang ini membutuhkan bantuan dan aku punya ide menolong mereka dengan mencarikan pekerjaan untuk mereka," kata Ahmad.
Ahmad dan Norhayati kemudian mulai mencari perusahaan yang mau menjadikan tunawisma sebagai karyawan mereka.
"Kami mulai dari teman-teman yang punya perusahaan sendiri," kata Norhayati, sambil menambahkan bahwa perusahaan tersebut harus menyediakan transportasi dan pemondokan.
Tidak lama kemudian, Norhayati mulai dihubungi oleh perusahaan yang mau merekrut tunawisma.
Ahmad mengatakan wawancara yang dilakukan kadang sulit dilakukan karena dia harus menyeleksi mereka melalui berbagai kriteria.
"Melalui wawancara, kami bisa mencari calon yang benar-benar potensial dan punya keinginan bekerja," kata Ahmad.
Menurut Norhayati, menghubungi para tunawisma setelah wawancara merupakan tantangan tersendiri karena kebanyakan dari mereka tidak punya ponsel.
"Kami kemudian memberi masing-masing 1 ringgit dalam bentuk koin. Tapi tidak semua yang menghubungi kami kembali," kata Norhayati.
"Total kami berhasil menjaring 15 orang, tapi yang bertahan hanya 4 orang. Sebagian besar dari mereka menghadapi kesulitan dalam dunia kerja setelah menjadi tunawisma dalam jangka waktu yang lama," kata Ahmad.
Hasil kerja keras Ahmad dan Norhayati berbuah penghargaan dari Agensi Inovasi Malaysia. Mereka diberi dana pengembangan 25 ribu ringgit di bawah program Berbudi Berganda: Social Impact Innovation Challenge.
Kini Ahmad dan Norhayati bisa berharap mengangkat kehidupan para tunawisma ke arah yang lebih baik.
Dengan uang tersebut, duo pekerja sosial ini berharap bisa menambah program pelatihan agar para tunawisma bisa lebih siap untuk masuk dunia kerja.
Dengan begitu mereka akan memiliki kesempatan yang lebih baik daripada yang didapatkan di jalanan. (Ism)
Bersama rekannya Norhayati Ismail, mereka melakukan perekrutan kerja dengan melakukan wawancara dengan para tunawisma.
"Melakukan proyek sosial adalah hal yang aku suka. Itu seperti membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik," kata Ahmad dikutip Dream.co.id dari laman Malay Mail Online, Minggu 15 Februari 2015.
Ide untuk melakukan wawancara dan merekrut tunawisma datang saat ia dan Norhayati menjadi relawan di dapur umum untuk tunawisma.
"Orang-orang ini membutuhkan bantuan dan aku punya ide menolong mereka dengan mencarikan pekerjaan untuk mereka," kata Ahmad.
Ahmad dan Norhayati kemudian mulai mencari perusahaan yang mau menjadikan tunawisma sebagai karyawan mereka.
"Kami mulai dari teman-teman yang punya perusahaan sendiri," kata Norhayati, sambil menambahkan bahwa perusahaan tersebut harus menyediakan transportasi dan pemondokan.
Tidak lama kemudian, Norhayati mulai dihubungi oleh perusahaan yang mau merekrut tunawisma.
Ahmad mengatakan wawancara yang dilakukan kadang sulit dilakukan karena dia harus menyeleksi mereka melalui berbagai kriteria.
"Melalui wawancara, kami bisa mencari calon yang benar-benar potensial dan punya keinginan bekerja," kata Ahmad.
Menurut Norhayati, menghubungi para tunawisma setelah wawancara merupakan tantangan tersendiri karena kebanyakan dari mereka tidak punya ponsel.
"Kami kemudian memberi masing-masing 1 ringgit dalam bentuk koin. Tapi tidak semua yang menghubungi kami kembali," kata Norhayati.
"Total kami berhasil menjaring 15 orang, tapi yang bertahan hanya 4 orang. Sebagian besar dari mereka menghadapi kesulitan dalam dunia kerja setelah menjadi tunawisma dalam jangka waktu yang lama," kata Ahmad.
Hasil kerja keras Ahmad dan Norhayati berbuah penghargaan dari Agensi Inovasi Malaysia. Mereka diberi dana pengembangan 25 ribu ringgit di bawah program Berbudi Berganda: Social Impact Innovation Challenge.
Kini Ahmad dan Norhayati bisa berharap mengangkat kehidupan para tunawisma ke arah yang lebih baik.
Dengan uang tersebut, duo pekerja sosial ini berharap bisa menambah program pelatihan agar para tunawisma bisa lebih siap untuk masuk dunia kerja.
Dengan begitu mereka akan memiliki kesempatan yang lebih baik daripada yang didapatkan di jalanan. (Ism)