Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2172

Ini Dampak Positif dibuangnya Subsidi BBM 'Premium'

Pelepasan subsidi premium oleh pemerintah pada 31 Desember 2014 silam diperkirakan berdampak positif bagi inflasi dan APBN. Pada akhir 2015, tingkat inflasi diperkirakan akan berada di kisaran 4,5-5 persen. Perkiraan itu disebabkan oleh perkiraan harga minyak mentah masih pada kisaran USD65 per barel hingga 12 bulan ke depan.

Hal itu disampaikan ekonom dari Standard Chartered Bank (SCB) Fauzi Ichsan saat ditemui di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, Senin (5/1/2015). Fauzi mengatakan dengan dengan harga minyak dunia yang masih relatif rendah dan tidak fluktuatif, harga BBM di Indonesia juga tidak akan berpengaruh signifikan terhadap inflasi atau kenaikan harga barang pokok.

Selain itu, kata Fauzi, adanya revolusi shale oil di Amerika Serikat (AS) secara otomatis membuat pasokan minyak bumi di hampir seluruh negara, salah satunya Indonesia akan aman dalam satu tahun ke depan. Hal itu yang membuat harga minyak dunia relatif stabil dan akan berdampak positif terhadap harga BBM di Indonesia.

"Saat ini AS memproduksi minyak mentah sebesar sembilan juta barel per hari, sedangkan Indonesia hanya 800 barel per hari. Itu membuat pasokan energi minyak bumi akan cukup aman setahun ke depan secara otomatis dan membuat harga tidak fluktuatif," ucap Fauzi.

Di samping itu, perkiraan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) sebesar 50 basis poin juga merupakan hal yang berdampak pada inflasi. Fauzi memperkirakan Bank Sentral AS akan menaikan suku bunga dari 0,25 persen menjadi 0,75 persen dan diikuti kenaikan BI rate menjadi 8,25 persen. Dengan demikian, ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di 2015 akan berada pada tingkat 5,2 persen, meningkat 0,1 persen jika dibandingkan dengan 2014 yang mencapai 5,1 persen.

"Kalau misalnya Bank Sentral AS tidak menaikkan suku bunga, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di level 5,5 persen tahun ini," lanjut Fauzi.

Ia mengatakan meskipun harga BBM mengalami penurunan, melemahnya kurs rupiah membuat harga bahan pokok di Indonesia tidak ikut mengalami penurunan. Sejak 2013, kata Fauzi, kurs rupiah melemah 25 persen hingga saat ini. "Namun kembali lagi, harga minyak turun, dampak inflasinya pasti positif," katanya.

Kendati pelepasan subsidi akan membuat harga BBM ke depannya bisa naik dan turun, Fauzi menyatakan hal tersebut sudah sepantasnya dilakukan. Ia mengklaim negara-negara yang lebih miskin dari Indonesia telah melakukan kebijakan tersebut agar tidak terjadi kejutan terhadap inflasi.

"India, Vietnam, dan Kamboja sudah menyesuaikan harga minyak mereka dengan harga minyak dunia. Kalau misalnya 2-3 tahun sekali baru menaikkan BBM, akan terjadi kejutan inflasi," tutur Fauzi.

Di kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad mengatakan pelepasan subsidi BBM ternyata disambut positif oleh pasar keuangan. Dengan dilepasnya subsidi BBM, diharapkan tekanan likuiditas sedikit berkurang dan pertumbuhan kredit meningkat. Muliaman menuturkan pelaku industri dari perbankan telah mengajukan pertumbuhan kredit sebesar 16 persen pada 2015. "Semoga ruang gerak di pasar keuangan dan pasar modal lebih besar dengan adanya kebijakan itu," imbuhnya.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 2172

Trending Articles