Setelah gerakan Patriotik Eropa Menentang Islamisasi Barat (PEGIDA) muncul di Dresden, dan menyebar ke kota-kota di Jerman, kini di Erfurt bersemi gerakan anti-Amerikanisme.
Situs dw.de memberitakan, seperti gerakan awal PEGIDA, gerakan anti-Amerikanisme muncul dalam jumlah kecil. Hanya ada seribu orang berdemo di ibu kota negara bagian Thuringia dalam aksi pertamanya, Sabtu (24/1).
Demo berlangsung di stasiun kereta api. Pengunjuk rasa memegang poster dan meneriakan slogan anti-Amerika. Sekitar 600 demonstrak berusaha melewati hadangan polisi, tapi gagal.
Massa menyanyikan; Ami! Go Home, yang diterjemahkan; Amerika! Pulanglah. Pembicara berusaha membagikan alamat kepada banyak orang, tapi pidato mereka tertutup teriakan demonstran.
Ada demo tandingan. Sejumlah demonstran yang bernaung di bawah nama Antifa, atau anti-fasis, berusaha memblokir para pengunjuk rasa. Nyaris terjadi bentrokan, karena pedemo di kedua kubu masih muda.
Tidak ada yang ditangkap dalan dua aksi itu. Tiga orang terluka, dan enam pengaduan pidana diajukan ke polisi setelah aksi demo.
Situs dw.de menulis kelompok anti-Amerikanisme adalah cabang PEGIDA. Pendirinya adalah prang Prancis bernama Stephane Simon.
Dalam ceramah yang diposting di YouTube, Simon mengatakan; “Kita tidak bisa terus-menerus mendukung pemerintah yang berada di bawah NATO, yang hanya bekerja untuk kepentingan AS.”
Simon juga menuduh AS sedang mendorong dunia ke arah perang global, untuk meremajakan perekonomiannya yang sekarat. AS, katanya, membentuk ISIS untuk menjalankan skenarionya.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Forsa Institute, perusahaan jasa penelitian, menunjukan kurang dari setengah orang Jerman menganggap AS sebagai mitra terpercaya. Lebih sepertiga orang jerman mengatakan mereka akan mendukung pemerintah Berlin jika mengikuti kebijakan AS berkaitan situasi di Ukraina.
“Orang Jerman tetap percaya krisis Ukraina dan peran Jerman dalam konflik itu hanya melayani kepentingan AS, bukan kepentingan Jerman,” ujar Manfred Gulner, dari Forsa Institute.(berbagai sumber)
Situs dw.de memberitakan, seperti gerakan awal PEGIDA, gerakan anti-Amerikanisme muncul dalam jumlah kecil. Hanya ada seribu orang berdemo di ibu kota negara bagian Thuringia dalam aksi pertamanya, Sabtu (24/1).
Demo berlangsung di stasiun kereta api. Pengunjuk rasa memegang poster dan meneriakan slogan anti-Amerika. Sekitar 600 demonstrak berusaha melewati hadangan polisi, tapi gagal.
Massa menyanyikan; Ami! Go Home, yang diterjemahkan; Amerika! Pulanglah. Pembicara berusaha membagikan alamat kepada banyak orang, tapi pidato mereka tertutup teriakan demonstran.
Ada demo tandingan. Sejumlah demonstran yang bernaung di bawah nama Antifa, atau anti-fasis, berusaha memblokir para pengunjuk rasa. Nyaris terjadi bentrokan, karena pedemo di kedua kubu masih muda.
Tidak ada yang ditangkap dalan dua aksi itu. Tiga orang terluka, dan enam pengaduan pidana diajukan ke polisi setelah aksi demo.
Situs dw.de menulis kelompok anti-Amerikanisme adalah cabang PEGIDA. Pendirinya adalah prang Prancis bernama Stephane Simon.
Dalam ceramah yang diposting di YouTube, Simon mengatakan; “Kita tidak bisa terus-menerus mendukung pemerintah yang berada di bawah NATO, yang hanya bekerja untuk kepentingan AS.”
Simon juga menuduh AS sedang mendorong dunia ke arah perang global, untuk meremajakan perekonomiannya yang sekarat. AS, katanya, membentuk ISIS untuk menjalankan skenarionya.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Forsa Institute, perusahaan jasa penelitian, menunjukan kurang dari setengah orang Jerman menganggap AS sebagai mitra terpercaya. Lebih sepertiga orang jerman mengatakan mereka akan mendukung pemerintah Berlin jika mengikuti kebijakan AS berkaitan situasi di Ukraina.
“Orang Jerman tetap percaya krisis Ukraina dan peran Jerman dalam konflik itu hanya melayani kepentingan AS, bukan kepentingan Jerman,” ujar Manfred Gulner, dari Forsa Institute.(berbagai sumber)